Menjadi Orangtua Idaman

Text: Dhincit

 

Kalau ada penghargaan tertinggi di dunia bagi sebuah profesi, tentunya akan diberikan pada orangtua. Bekerja penuh waktu sejak membuka mata hingga menutupnya kembali. Baik ayah maupun Ibu, bekerja tak kenal lelah demi anak-anaknya. Tulisan ini tidak untuk membandingkan apa yang dilakukan keduanya. Sebaliknya, saatnya kita menjadikannya setara.

 

Terampil Menderita

Hidup di zaman teknologi serba canggih bagai pedang bermata dua. Di satu sisi memudahkan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, di sisi lain berdampak negatif pada kondisi emosional. Terlalu sering membaca berita kekerasan terhadap anak, misalnya. Membuat Anda sebagi orangtua resah, khawatir berlebihan, feeling insecure. Namun jika tidak tahu perkembangan kejadian di luar sana, bagaimana bisa waspada, ya kan?

 

Seorang trauma healing therapist pernah mengatakan, sebagai manusia sangat mustahil untuk tidak pernah merasakan penderitaan. Tidak mungkin menghindari kesedihan. Namun kita bisa mengatasinya, dengan cara belajar untuk terampil menderita. Bagaimana caranya? Tentu saja dengan belajar mengelola emosi. Menjadi orangtua, tentunya erat dengan emosi yang kerap naik turun. Menghadapi anak-anak di segala usia tak pernah mudah. Mulai dari lahir, terjaga tengah malam, sulitnya proses MPASI, dealing with toddler, pubertas, hingga mereka menjadi dewasa, pasti ada kesulitannya masing-masing.

 

Itulah mengapa penting bagi orangtua untuk terampil mengelola emosinya. Kabar baiknya adalah, kini sudah banyak kelas parenting yang bisa diikuti untuk membantu orangtua lebih siap menghadapi anak-anaknya.

 

Love Language

Meski banyak yang menganggap ini tidak penting, tapi faktanya, anak yang dibesarkan dengan love language yang nyata dan jelas (bukan dengan kekerasan, ya), memiliki kemampuan untuk mencintai dirinya serta anggota keluarganya dengan baik.

 

Menurut Dr. Gary Chapman, penulis The Five Love Languages, dengan memiliki love language, seseorang mampu mengomunikasikan apa yang ia inginkan, dan yang ia harapkan dari orang lain. Dalam hubungan anak dan orangtua, komunikasi adalah satu hal yang amat krusial.

 

Dengan love language, seorang anak akan mahir dan percaya diri mengekspresikan yang ada di pikirannya kepada orangtuanya. Sehingga masalah miskomunikasi, kecil kemungkinannya untuk terjadi. Di sinilah peran orangtua dibutuhkan, yaitu untuk memunculkan love language di dalam keluarga.

 

Acceptance

Menjadi orangtua ideal bisa jadi rumit, bisa jadi sederhana saja. Tergantung bagaimana cara dan usaha kita menerima kelebihan dan kekurangan anak-anak. Ideal itu kan, perkara yang subjektif. Tidak semua orang memiliki persepsi yang sama mengenai baik dan buruk, kurang dan lebih. Sebagai orangtua, tentunya kita ingin menjadi yang terbaik bagi anak-anak.

 

Tapi, bagaimana cara anak-anak melihat orangtuanya? Justru itu yang penting untuk diketahui lebih dulu. Penilaian anak-anak terhadap cara orangtuanya mengatasi kesedihan dan ketidaknyamanan mereka juga tak kalah krusial. Bagaimana penerimaan orangtua terhadap keinginan dan harapan-harapan anak-anaknya. Karena dari sini akan terlihat sebaik apa kedua pihak saling menerima.

 

The Society

Tak jarang masyarakat juga ikut andil membentuk karakter orangtua dan anak-anaknya. Lewat media massa dan media sosial tentunya. Maka sangat penting bagi kita untuk sesekali membatasi diri dan juga anak-anak dari hiruk pikuknya dunia maya, sehingga lebih fokus pada yang lebih nyata di dalam keluarga. Demi menjadi orangtua idaman anak-anak, and vice versa.

 

 

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *